LOMBOK TRIP
Akhir April
punya rencana seru lagi untuk nge-trip ke Lombok. Rencana awal Mei. Jadi
jauh-jauh hari sudah survey dari google tempat-tempat mana saja yang asyik
dikunjungi, nggak panas, dan bisa dipake foto-fotoan. Entah ya, walau Lombok
memang terkenal dengan panorama pantainya, tapi on schedule aku malah malas
jalan ke pantai. Cuma satu aja yang rencana bakal dikunjungi sebagai syarat sah
kalo sudah sampe di Lombok. Pantai Kuta. Namanya sama dengan yang di Bali, jadi
penasaran situasinya gimana ya kalo Kuta Lombok?
Info yang
aku dapat sih Lombok memang relative lebih sepi dibanding Bali. Makanya kalo
pengen nyantai-nyantai saja, dua-duaan saja, bermalas-malasan saja, para
ekspatriat yang berusia matang dan mapan konon lebih suka ke Lombok daripada ke
Bali. Whatever lah. Yang jelas ini trip pertama dan rundownku lebih banyak ke
arah gunung, yang nggak pake mendaki ya, dan air terjun. Hayuklah kita coba
lihat gimana hasil trip kali ini….
Tapi ternyata..... beberapa hari sebelum hari H, schedule dirombak total. Gegara ada masukan untuk ke Gili Trawangan. Karena ada pameo belom ke Lombok kalo belom ke Gili Trawangan. Yasudlah.... sebagai perempuan baik hati dan tidak sombong, aku hayuk aja. Walau akhirnya berubah semua itt yang sudah aku buat jauh-jauh hari sebelumnya.
Tapi ternyata..... beberapa hari sebelum hari H, schedule dirombak total. Gegara ada masukan untuk ke Gili Trawangan. Karena ada pameo belom ke Lombok kalo belom ke Gili Trawangan. Yasudlah.... sebagai perempuan baik hati dan tidak sombong, aku hayuk aja. Walau akhirnya berubah semua itt yang sudah aku buat jauh-jauh hari sebelumnya.
Kamis
tanggal 3 Mei aku sudah berangkat dengan pesawat siang dari Mamuju. Karena
besok flight Makassar to Lombok jam 6 am. Nggak ada pesawat yang connect dari
Mamuju kalo berangkat jam segitu.
Mamuju-
Makassar aku naik Lion dengan harga tiket Rp, 469.856.
Hari 1, Jumat tanggal 4 Mei 2018
Dari
Makassar flight by Lion jam enam pagi. Dari kemaren aku sudah tiba di Makassar
berhubung pesawat connected dari Mamuju nggak ada yang jam segitu.Seperti biasa
pake pesawat pergi paling pagi dan pulangnya paling terakhir supaya 3 hari 2
malam ini puas jalan-jalan di Lombok.
Flight schedule
:
Berangkat : 4 Mei 2018
Lion jam 6 am, transit 1.5 jam di Denpasar, tiba 9.25 am di Lombok.
Balik : 6 Mei 2018
Garuda jam 6.45 pm tiba Makassar 8 pm
Rencana perginya ber-4. Nyampe di bandara jam 5 lewat, salah satu peserta trip belom muncul. Aku yang paling gelisah karena tidak terbiasa check in mepet-mepet kalo mau naek pesawat gini. Tunggu 20 menit nggak datang, aku ngajak semuanya masuk. Ntar yang terlambat biar check in sendiri. Tapii.... yang aku khawatirkan terjadi juga. Telatnya dah kebangetan. Kami bertiga sudah naik bus menuju pesawat, eeh... Leli baru mo check in. Ya jelas terlambatlah.... Akhirnya dia nekat nyusul dengan flight langsung Makassar-Lombok jam 2 siang nanti. Yasudlah....
Transit di Bali 1,5 jam dimanfaatin untuk apalgi kalo bukan foto-fotoan. Cuma entah mengapa aku nggak senarsis biasanya. Agak males. Mungkin karena efek bangun yang sangat subuh tadi waktu di Makassar, trus tidur cuma sesaat di pesawat. Pengennya sih tidur di kasur yang empuk....
Rencana perginya ber-4. Nyampe di bandara jam 5 lewat, salah satu peserta trip belom muncul. Aku yang paling gelisah karena tidak terbiasa check in mepet-mepet kalo mau naek pesawat gini. Tunggu 20 menit nggak datang, aku ngajak semuanya masuk. Ntar yang terlambat biar check in sendiri. Tapii.... yang aku khawatirkan terjadi juga. Telatnya dah kebangetan. Kami bertiga sudah naik bus menuju pesawat, eeh... Leli baru mo check in. Ya jelas terlambatlah.... Akhirnya dia nekat nyusul dengan flight langsung Makassar-Lombok jam 2 siang nanti. Yasudlah....
Transit di Bali 1,5 jam dimanfaatin untuk apalgi kalo bukan foto-fotoan. Cuma entah mengapa aku nggak senarsis biasanya. Agak males. Mungkin karena efek bangun yang sangat subuh tadi waktu di Makassar, trus tidur cuma sesaat di pesawat. Pengennya sih tidur di kasur yang empuk....
Tiba di
Lombok dijemput Bli Wayan. Driver andalan yang nemenin perjalanan kali ini
lagi-lagi rekomendasi dari Bli Putu Bali, teman lawas yang kerja di travel dan
sudah sering jadi langganan kalo aku ke Bali. Waktu komunikasi di telpon
masalah harga sewa mobil dan rute perjalanan, orangnya lumayan ramah. Setelah
ketemu ternyata nggak beda jauh saat di telepon. Ramah dan sumringah. Syarat
utama menjadi good guide dan driver di Lombok.
Tujuan hari
ini :
- Desa Sukarara
- Desa Sade, kampung tradisional Suku Sasak
- Pantai Kuta Mandalika
- Desa Banyu Mulek
1. Desa Sukarara
Habis makan langsung cuss ke Desa Sukarara. Sepanjang jalan dari bandara, tempat makan dan Desa Sukarara suasananya biasa saja. Malah kami iseng bercanda kalo nuansanya seperti perjalanan dari bandara ke Kota Maros. Agak gersang dan tidak banyak pohon atau baligho selamat datang yang mencerminkan kami memasuki daerah wisata seperti di Bali.
Desa Sukarara adalah desa tempat pengrajin tenun Lombok. Dikelola oleh koperasi. Hasil tenunan dari kelompok penenun ditampung di kopearsi, termasuk juga tas, baju, sarung berbahan tenun Lombok.
Saat memasuki halaman, kami disambut oleh seorang Ibu yang akan menjadi guide. Ia menjelaskan sedikit tentang tenun Lombok. Selebihnya kami lebih banyak foto-fotoan.
Oiya, disitu boleh lho nyobain baju dan kain tenin untuk foto-fotoan. Biayanya seikhlasnya saja, sudah include dengan tips yang diberikan untuk guide. Tentu saja aku tidak ingin melepas momen ini.
Saat kali foto-fotoan, suasananya lumayan rame. Karena bertepatan dengan Sail Komodo, acara para tentara AL yang dipusatkan di Lombok. Diantara para tamu banyak bersliweran anak-anak muda bertubuh tegap dari Jepang. Lucunya mereka pemalu sekali. Saat aku berpose ala gadis Lombok, mereka berebut untuk take a pict dari segala penjuru. Berasa model eeh.... Tapi satupun nggak ada yang ngajak foto bareng. :)
Yang lebih lucu lagi, Ibu guide yang nemenin kami menawarkan untuk jadi fotografer. Aku segera menyerahkan HPku. Dan setelah jeprat jepret cukup lama dengan segala suasana, masya allah..... hasilnya lebih banyak yang kacau daripada yang bagus. Aku ngakak waktu Fidya ngomel-ngomel lihat hasil foto-fotonya. Cuma aku nggak tega mau share disini. Ntar tambah banyak yang ngetawain. Hahahaha....
2. Desa Sade
Desa sade adalah Desa Adat Suku Sasak, suku asli Lombok. Berbeda dengan Bali yang mayoritas penduduknya pemeluk Hindu, di Lombok mayoritas adalah muslim.
Rumah tradisional Suku Sasak ini terbagi dua, bagian depan, dan bagian belakang dengan posisi yang lebih tinggi. Bagian depan digunakan untuk ruang tamu dan kamar tidur orang tua dan anak lelaki. Bagian belakang untuk dapur dan kamar tidur anak perempuan. Melihat ukurannya yang relatif kecil, aku jadi berpikir bagaimana dengan keluarga yang memiliki anak banyak ya? Bagaimana orang tua menyalurkan hasrat biologisnya dengan kondisi rumah yang seperti itu? Sampai pulang pertanyaanku tidak terjawab.
Yang unik dari rumah ini adalah lantainya terbuat dari tanah liat dan tetap dipertahankan sampai sekarang. Supaya tanah liatnya tidak pecah-pecah, seminggu sekali dibaluri dengan kotoran sapi yang masih segar!! Bau dong... ternyata tidak tuh. Saya sempat masuk ke dalam salah satu rumah, ternyata tidak ada bau kotoran sapi sama sekali. Hanya saja untuk melaksanakan sholat warga disitu melaksanakan di masjid yang ada di sudut desa.
Satu lagi yang unik, penduduk Desa Sade tidak mau menggunakan gas karena takut meledak dan takut kebakaran. Karena atap-atap rumah yang terbuat dari ilalang mudah terbakar. Mereka lebih memilih menggunakan kayu bakar dan kompor biasa. Konon, asap dari hasil pembakaran kayu membuat dinding dan atap dapur lebih kuat dan tahan lama. Bisa jadi karena tidak ada rayap yang betah tinggal di antara atap dan tembok yang terbuat dari kayu dan bambu.
Lumbung padi yang digunakan untuk menyimpan padi. |
Ruang tamu merangkap ruang tidur Orang tua dan anak lelaki. Di belakang saya itu dapur dan kamar anak perempuan. |
Pohon kering yang perlahan dimakan waktu di belakang saya itu disebut sebagai pohon cinta. Sebagai simbol dari cinta dan kesetiaan kepada pasangannya. Cinta selalu meninggalkan jejaknya dimana saja....
Nenek pemintal benang yang berfoto dengan saya ini sudah berusia 90 tahun. Kulitnya relatif masih terlihat kencang, dan giginya masih banya yang tersisa. menurut Bapak Fani, guide kami sekaligus cucu si nenek, hal itu disebabkan karena Nenek rajin mengunyak pinang. Memang, terselip warna merah diantara gigi dan bibir Nenek. Beliau yang tidak bisa berbahasa Indonesia sempat menawarkan pinang kalau saja saya mau mencoba. Saya hanya tertawa dan menolak dengan sopan. Puluhan tahun lalu, sewaktu masih kelas 2 SMP, saya pernah mencoba mengunyah pinang sirih dan kapur bersama teman-teman saat berlibur di Serui Papua. Dan ternyata kalau tidak terbiasa, pinang bisa bikin mabuk. Saya ingat waktu itu berjalan dengan mata yang penuh bintang-bintang. Sampai di rumah saya dimarahi mama.
Mesraaaaa.... |
3. Pantai Kuta
Pantai Kuta
ini lokasinya di Mataram. Kenapa aku masukin itt hari pertama? Karena takutnya
hari ke-2 dan ke-3 nggak sempat kesini lagi. Rugi kan kalo nggak sempat ke Kuta
padahal lokasinya seputaran Mataram juga.
Pantai Kuta Madalika relatif sepi. Saat tiba dan berjalan memasuki area pantai, aku disambut okeh ibu-ibu yang menawarkan souvenir. Ada topi, gelang, dompet, kaos, gantungan kunci. Kalo pintar nawar bisa dapat harga yang sangat miring. Mending beli oleh-oleh disini daripada ke toko oleh-oleh. Harganya bisa beda jauh.
Selain penjual souvenir, aku juga disambut oleh anak-anak kecil berkulit kehitaman yang melambangkan mereka anak pantai yang sering bermain disini. Mbak mau nggak saya fotoin, kata mereka. Pakai apa? tanyaku. Pakai HPnya mbak. Nanti hasilnya bagus. Mbak bisa bergaya terbang, dorong gunung, ngangkat gunung, macam-macam mbak.
Driver kami Pak Wayan memang sudah bercerita tentang anak-anak ini. Konon hasil fotonya bagus-bagus. Aku jadi penasaran. Bayarnya berapa? tanyaku. Seikhlasnya saja mbak. OK, saya mau kalian bertiga nemenin saya ya. Aku menunjuk 3 bocah yang matanya bercahaya dan tampak antusias. Aku memberikan HP pada mereka. Mereka mulai perintah-perintah, mengarahkan aku untuk bergaya bak fotografer profesional dan modelnya. Geli juga jadinya.
Setelah beberapa kali lompat-lompat, ganti gaya, aku penasaran ingin lihat. Dan ternyata wow banget. Foto saya melompat terlihat tinggi dan melayang jauh di atas pulau-pulau. Hebat juga ini anak-anak. Ada juga aku disuruh lari-lari, trus nanti efeknya kayak Sahrukh Khan. Ternyata yang dimaksud adalah efek slow motion saat lari. Hahahaha.....
Akhirnya aku yang belajar dari mereka, mempelajari menu-menu kamera dari HP milik sendiri yang nggak pernah dibuka-buka. Emak-emak gaptek euiy...
Mereka penasaran dengan HP ku yang kata mereka bagus. Pasti HP mbaknya mahal ya, mereka menuntut jawaban dengan tatapan mata yang penasaran. Aku hanya tertawa. Ah tidak, jawabku. Murah kok. Cuma 1 jutaan.
Ah bohooong.... mereka menatapku dengan tatapan tak percaya. Nggak boleh bohong lho mbak, dosa, nggak baek! Huahahaha.... aku langsung ngakak. Teringat kakak dan adek di rumah yang sering ngomong gitu. Ngikutin gaya di film Alhamdulillah Sah. Ah... anak-anak ini memang cerdas-cerdas.
Aku sempat bertanya, kok bisa hasil fotonya bagus-bagus semua? Dengan percaya diri salah satu dari mereka bilang gini : saya kan profesional. Ulala..... I love your style kid.
Mereka kelas 4 dan kelas 5 SD. Ada yang sekolah di pesantren, ada juga di sekolah biasa. Mereka sering bermain ke pantai setiap pulang sekolah dan di hari-hari libur. Saat ramai pengunjung mereka bisa dapat 200 sampai 500 ribu rupiah. Lumayan kan? Sebelumnya mereka menjual souvenir gelang-gelang. Aku hanya berdoa semoga mereka aman-aman saja dan tidak menjadi obyek orang gila penyuka anak kecil yang banyak terdengar beritanya. Apalagi di tempat banyak orang datang dan pergi seperti di Kuta Mandalika ini.
Sehat selalu rajin belajar ya Nak. Supaya impian kalian menjadi fotografer profesional bisa terwujud. Semoga lain waktu bisa ketemu lagi.
4. Desa Banyu Mulek
Desa Banyu Mulek adalah pusat pembuatan gerabah dari tanah liat. Kami sempat singgah di salah satu showroomnya yang terbesar. Sayangnya sudah kemalaman, capek dan hampir tutup. Jadi kegiatan nanya-nanya dan foto-fotoan hasilnya kurang maksimal.
Pantai Kuta Madalika relatif sepi. Saat tiba dan berjalan memasuki area pantai, aku disambut okeh ibu-ibu yang menawarkan souvenir. Ada topi, gelang, dompet, kaos, gantungan kunci. Kalo pintar nawar bisa dapat harga yang sangat miring. Mending beli oleh-oleh disini daripada ke toko oleh-oleh. Harganya bisa beda jauh.
Selain penjual souvenir, aku juga disambut oleh anak-anak kecil berkulit kehitaman yang melambangkan mereka anak pantai yang sering bermain disini. Mbak mau nggak saya fotoin, kata mereka. Pakai apa? tanyaku. Pakai HPnya mbak. Nanti hasilnya bagus. Mbak bisa bergaya terbang, dorong gunung, ngangkat gunung, macam-macam mbak.
Driver kami Pak Wayan memang sudah bercerita tentang anak-anak ini. Konon hasil fotonya bagus-bagus. Aku jadi penasaran. Bayarnya berapa? tanyaku. Seikhlasnya saja mbak. OK, saya mau kalian bertiga nemenin saya ya. Aku menunjuk 3 bocah yang matanya bercahaya dan tampak antusias. Aku memberikan HP pada mereka. Mereka mulai perintah-perintah, mengarahkan aku untuk bergaya bak fotografer profesional dan modelnya. Geli juga jadinya.
Setelah beberapa kali lompat-lompat, ganti gaya, aku penasaran ingin lihat. Dan ternyata wow banget. Foto saya melompat terlihat tinggi dan melayang jauh di atas pulau-pulau. Hebat juga ini anak-anak. Ada juga aku disuruh lari-lari, trus nanti efeknya kayak Sahrukh Khan. Ternyata yang dimaksud adalah efek slow motion saat lari. Hahahaha.....
Akhirnya aku yang belajar dari mereka, mempelajari menu-menu kamera dari HP milik sendiri yang nggak pernah dibuka-buka. Emak-emak gaptek euiy...
Mereka penasaran dengan HP ku yang kata mereka bagus. Pasti HP mbaknya mahal ya, mereka menuntut jawaban dengan tatapan mata yang penasaran. Aku hanya tertawa. Ah tidak, jawabku. Murah kok. Cuma 1 jutaan.
Ah bohooong.... mereka menatapku dengan tatapan tak percaya. Nggak boleh bohong lho mbak, dosa, nggak baek! Huahahaha.... aku langsung ngakak. Teringat kakak dan adek di rumah yang sering ngomong gitu. Ngikutin gaya di film Alhamdulillah Sah. Ah... anak-anak ini memang cerdas-cerdas.
Aku sempat bertanya, kok bisa hasil fotonya bagus-bagus semua? Dengan percaya diri salah satu dari mereka bilang gini : saya kan profesional. Ulala..... I love your style kid.
Mereka kelas 4 dan kelas 5 SD. Ada yang sekolah di pesantren, ada juga di sekolah biasa. Mereka sering bermain ke pantai setiap pulang sekolah dan di hari-hari libur. Saat ramai pengunjung mereka bisa dapat 200 sampai 500 ribu rupiah. Lumayan kan? Sebelumnya mereka menjual souvenir gelang-gelang. Aku hanya berdoa semoga mereka aman-aman saja dan tidak menjadi obyek orang gila penyuka anak kecil yang banyak terdengar beritanya. Apalagi di tempat banyak orang datang dan pergi seperti di Kuta Mandalika ini.
Sehat selalu rajin belajar ya Nak. Supaya impian kalian menjadi fotografer profesional bisa terwujud. Semoga lain waktu bisa ketemu lagi.
Trio Ceriwis. Sang fotografer profesional Pantai Kuta Mandalika |
4. Desa Banyu Mulek
Desa Banyu Mulek adalah pusat pembuatan gerabah dari tanah liat. Kami sempat singgah di salah satu showroomnya yang terbesar. Sayangnya sudah kemalaman, capek dan hampir tutup. Jadi kegiatan nanya-nanya dan foto-fotoan hasilnya kurang maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar