Selasa, 24 April 2018

Mamuju : Air Terjun Tamasapi

22 April 2018

Sejak 2 minggu lalu pengen banget explore Mamuju. Dah jalan-jalan keliling, tapi di Mamuju sendiri setelah tinggal belasan tahun malah nggak pernah kemana-mana.

So, setelah bergerilya ngajakin dan ngomporin teman-teman kantor, terkumpul juga 10 orang yang memang suka jalan-jalan. Ada teman yang ngajak istrinya juga. Pokoknya judulnya seru-seruan lah.

Hari Minggu, jam 6 pagi saya sudah keluar rumah. Tujuannya nyari penjual nasi kuning untuk bekal. Kalo air mineral dan teh kotak sudah ada di kantor. Beli kue-kuean juga. Kenapa nggak pake acara masak-masakan?

Pertama, ribet. Kalo harus jalan kaki lumayan jauh nggak mungkinlah nenteng-nenteng bekal banyak-banyak. Jadi beli aja trus ntar disuruh bawa bekalnya masing-masing. Jadi nggak saling ngerepotin.

Kedua, jangan mengharapkan saya untuk disuruh masak dan nyiapin bekal. Bukan gw banget iih….

Setelah bekal lengkap (ntar tinggal disinggahin kalo mau berangkat), aku balik rumah lagi ganti kostum dan bawa backpack. Tujuan hari ini Air Terjun Tamassapi.

Air terjun Tamasapi lokasinya nggak terlalu jauh dari kota. Cuma butuh berkendara sekitar 15 menit ke arah luar kota, Kali Mamuju, trus jalan kaki satu kilometer selama kurang lebih 20 sampai 30 menit. Jalannya nggak terlalu susah. Cuma agak menuun, datar dikit, trus naik lagi. Masih bisalah untuk rombongan emak-emak yang penuh semangat meski jarang olahraga.

Setelah melewati So’do di Kali Mamuju, kendaraan parkir saja di pinggir jalan beraspal. Tidak ada tukang parkir, jadi jangan lupa pake kunci leher untuk motor dan mengunci rapat semua pintu mobil. 

Dan.... mulailah perjalanan menuruni jalanan  berbatu-batu. Kalo dilihat sebenarnya pernah ada upaya pembuatan jalan setapak yang disemen. Tapi sudah mulai hancur. Karena jalanan yang kami lewati ini menjadi tempat air mengalir kalo musim hujan tiba. Secara Mamuju adalah kawasan yang memiliki curah hujan cukup tinggi. Dengan kawasan hutan lindungnya yang luas, Mamuju menjadi penyangga oksigen Indonesia. Saat daerah lain mulai kering dan tanahnya terbelah retak-retak karena musim kemarau, Mamuju masih sering diguyur hujan.






Balik lagi ke my trip my adventure ya. Setelah jalan sekitar 15 menit, jalanan mulai rata lagi. Kami bertemu dua air terjun pertama di pinggir jalan. Sebenarnya hanya   air terjun kecil. Airnya mengalir di atas batu-batu yang membentuk dinding alam dan sangat keren. Teman-teman langsung aja pada gifo berhenti foto-fotoan sambil tarik nafas dikit. Habis itu lanjut jalan lagi.





Air terjun kedua di pinggir jalan.


Setelah mendaki lagi, kami bertemu dengan seorang bapak tua yang kami panggil Pua’ atau Bapak dalam bahasa Mandar Mamuju. Pua’ ini duduk di sebuah gubuk bamboo kecil dan menagih setiap pelintas disitu sebesar 2 ribu rupiah per orang. Tidak ada tiket retribusi resmi. But it’s ok lah. Kasihan saja melihat Pua’ yang lumayan berumur itu.


Bersama Pua'

Setelah membayar 20 ribu untuk 10 orang, kami berjalan sedikit lagi, dan tibalah di lokasi air terjun Tamassapi.


Di kejauhan itu kolam pengolahan air milik PDAM

Jujur saja, yang saya temui tidak sesuai ekspektasi. Disitu ada kolam air bagian dari instalasi penyaringan air milik PDAM yang mensuplai kebutuhan air warga Mamuju, trus naik lagi sedikit ada 3 bangunan, entah fungsinya apa, yang sangat kotor dengan lapisan lumpur dan tanah. Bangunan itu hanya ditembok sekitar 1 meter. Mau duduk-duduk juga nggak bisa. Mau naruh tas juga bingung karena basah dan lembab. Akhirnya ada yang menggantung tas di pagar besi, dan ada juga yang cuek digeletakin di atas tembok, termasuk saya. Dah itu mulailah sibuk foto-fotoan.


Gazebo yang lembab, kotor dan berlumpur.

Cuma ini sepotong area yang lumayan bersih dan bisa dipake duduk-duduk. Tapi.... puanaaaaasss poll.


Air terjun setinggi 30-an meter ini indah banget, airnya lumayan deras. Biasanya kalo habis hujan di gunung, debit air memang meningkat. Tapi harus lebih waspada karena kita nggak tahu bisa saja aliran air di atas membawa pohon-pohon yang tumbang dan jatuh ke bawah. Belom apa-apa saya sudah horror duluan.




Area kolam penampung air terjun yang lanjut mengalir ke sungai tidak terlalu besar. lokasinya memang tidak terlalu luas. Sungainya berbatu-batu dan ada pohon tumbang disitu.






Sayangnya, akses untuk sampai ke kolam di bawah air terjun dan mandi-mandi juga agak susah. Karena terhalang batu-batu besar berlumut yang licin. Saya nggak ikutan mandi-mandi. Airnya dingin banget dan arus airnya lumayan deras. Seandainya dibangun jembatan atau jalanan kecil yang agak melingkar pasti keren. Saya milih foto-fotoan saja. Tapi sayangnya, dengan kamera hp tidak bisa mengambil gambar terlalu dekat. Percikan air dan angin yang agak kencang bikin kamera basah terus.












Percikan air terjunnya yang deras dan angin yang lumayan kencang,
bikin hasil foto nggak maksimal.

Saya mulai paham kenapa air terjun Tamassapi ini tidak terlalu ramai dikunjungi. Fasilitas sarana prasarana untuk orang yang mau rekreasi memang belum ada. Toilet, tempat duduk-duduk istirahat, penjual makanan, bahkan tempat sampah juga tidak ada. Sampah-sampah plastik bawaan pengunjung hanya ditumpuk begitu saja di satu titik. Saya lihat mulai banyak. Entah siapa yang bertanggung jawab untuk membersihkan semua sampah-sampah ini.


Owwww...... tumpukan sampah yang merusak lingkungan dan pemandangan.

Setelah makan bekal nasi kuning, kami langsung pulang dan sempat singgah lagi di So’do Kali Mamuju. Kali ini saya ikutan berendam ala putri duyung di kali. Lengkap dengan sepatu dan kaos kaki. Dah gitu pulang basah-basahan. Lumayan seru acara jalan-jalan hari ini. Jalan-jalan sambil olahraga. Dan belom apa-apa sudah pada nanya minggu depan mau kemana lagi? 


See you another trip gaes...!


RACUN

4 Mei 2023 Pagi tadi ngobrol dengan seorang teman yang berkunjung di ruangan. Tentang perempuan, hak dan kewajibannya dalam rumah tangga. Ka...