22
April 2018
Sejak
2 minggu lalu pengen banget explore Mamuju. Dah jalan-jalan keliling, tapi di
Mamuju sendiri setelah tinggal belasan tahun malah nggak pernah kemana-mana.
So,
setelah bergerilya ngajakin dan ngomporin teman-teman kantor, terkumpul juga 10
orang yang memang suka jalan-jalan. Ada teman yang ngajak istrinya juga. Pokoknya
judulnya seru-seruan lah.
Hari Minggu, jam
6 pagi saya sudah keluar rumah. Tujuannya nyari penjual nasi kuning untuk bekal. Kalo
air mineral dan teh kotak sudah ada di kantor. Beli kue-kuean juga. Kenapa nggak
pake acara masak-masakan?
Pertama,
ribet. Kalo harus jalan kaki lumayan jauh nggak mungkinlah nenteng-nenteng
bekal banyak-banyak. Jadi beli aja trus ntar disuruh bawa bekalnya
masing-masing. Jadi nggak saling ngerepotin.
Kedua,
jangan mengharapkan saya untuk disuruh masak dan nyiapin bekal. Bukan gw banget iih….
Setelah
bekal lengkap (ntar tinggal disinggahin kalo mau berangkat), aku balik rumah
lagi ganti kostum dan bawa backpack. Tujuan hari ini Air Terjun Tamassapi.
Air
terjun Tamasapi lokasinya nggak terlalu jauh dari kota. Cuma butuh berkendara
sekitar 15 menit ke arah luar kota, Kali Mamuju, trus jalan kaki satu kilometer
selama kurang lebih 20 sampai 30 menit. Jalannya nggak terlalu susah. Cuma agak
menuun, datar dikit, trus naik lagi. Masih bisalah untuk rombongan emak-emak
yang penuh semangat meski jarang olahraga.
Setelah
melewati So’do di Kali Mamuju, kendaraan parkir saja di pinggir jalan beraspal. Tidak ada tukang parkir, jadi jangan lupa pake kunci leher untuk motor dan mengunci rapat semua pintu mobil.
Dan.... mulailah perjalanan menuruni jalanan berbatu-batu. Kalo dilihat sebenarnya pernah
ada upaya pembuatan jalan setapak yang disemen. Tapi sudah mulai hancur. Karena
jalanan yang kami lewati ini menjadi tempat air mengalir kalo musim hujan tiba.
Secara Mamuju adalah kawasan yang memiliki curah hujan cukup tinggi. Dengan kawasan
hutan lindungnya yang luas, Mamuju menjadi penyangga oksigen Indonesia. Saat daerah
lain mulai kering dan tanahnya terbelah retak-retak karena musim kemarau,
Mamuju masih sering diguyur hujan.
Balik lagi ke my trip my adventure ya. Setelah jalan sekitar 15 menit, jalanan mulai rata lagi. Kami bertemu dua air terjun pertama di pinggir jalan. Sebenarnya hanya air terjun kecil. Airnya mengalir di atas batu-batu yang membentuk dinding alam dan sangat keren. Teman-teman langsung aja pada gifo berhenti foto-fotoan sambil tarik nafas dikit. Habis itu lanjut jalan lagi.
Setelah
mendaki lagi, kami bertemu dengan seorang bapak tua yang kami panggil Pua’ atau
Bapak dalam bahasa Mandar Mamuju. Pua’ ini duduk di sebuah gubuk bamboo kecil
dan menagih setiap pelintas disitu sebesar 2 ribu rupiah per orang. Tidak ada
tiket retribusi resmi. But it’s ok lah. Kasihan saja melihat Pua’ yang lumayan
berumur itu.
Setelah
membayar 20 ribu untuk 10 orang, kami berjalan sedikit lagi, dan tibalah di
lokasi air terjun Tamassapi.
Jujur
saja, yang saya temui tidak sesuai ekspektasi. Disitu ada kolam air bagian dari
instalasi penyaringan air milik PDAM yang mensuplai kebutuhan air warga Mamuju,
trus naik lagi sedikit ada 3 bangunan, entah fungsinya apa, yang sangat kotor
dengan lapisan lumpur dan tanah. Bangunan itu hanya ditembok sekitar 1 meter. Mau
duduk-duduk juga nggak bisa. Mau naruh tas juga bingung karena basah dan
lembab. Akhirnya ada yang menggantung tas di pagar besi, dan ada juga yang cuek
digeletakin di atas tembok, termasuk saya. Dah itu mulailah sibuk foto-fotoan.
Gazebo yang lembab, kotor dan berlumpur. |
Cuma ini sepotong area yang lumayan bersih dan bisa dipake duduk-duduk. Tapi.... puanaaaaasss poll. |
Air
terjun setinggi 30-an meter ini indah banget, airnya lumayan deras. Biasanya kalo
habis hujan di gunung, debit air memang meningkat. Tapi harus lebih waspada
karena kita nggak tahu bisa saja aliran air di atas membawa pohon-pohon yang
tumbang dan jatuh ke bawah. Belom apa-apa saya sudah horror duluan.
Area kolam penampung air terjun yang lanjut mengalir ke sungai tidak terlalu besar. lokasinya memang tidak terlalu luas. Sungainya berbatu-batu dan ada pohon tumbang disitu.
Sayangnya, akses untuk sampai ke kolam di bawah air terjun dan mandi-mandi juga agak susah. Karena terhalang batu-batu besar berlumut yang licin. Saya nggak ikutan mandi-mandi. Airnya dingin banget dan arus airnya lumayan deras. Seandainya dibangun jembatan atau jalanan kecil yang agak melingkar pasti keren. Saya milih foto-fotoan saja. Tapi sayangnya, dengan kamera hp tidak bisa mengambil gambar terlalu dekat. Percikan air dan angin yang agak kencang bikin kamera basah terus.
Saya
mulai paham kenapa air terjun Tamassapi ini tidak terlalu ramai dikunjungi. Fasilitas
sarana prasarana untuk orang yang mau rekreasi memang belum ada. Toilet, tempat
duduk-duduk istirahat, penjual makanan, bahkan tempat sampah juga tidak ada. Sampah-sampah
plastik bawaan pengunjung hanya ditumpuk begitu saja di satu titik. Saya lihat
mulai banyak. Entah siapa yang bertanggung jawab untuk membersihkan semua
sampah-sampah ini.
Setelah
makan bekal nasi kuning, kami langsung pulang dan sempat singgah lagi di So’do
Kali Mamuju. Kali ini saya ikutan berendam ala putri duyung di kali. Lengkap dengan
sepatu dan kaos kaki. Dah gitu pulang basah-basahan. Lumayan seru acara
jalan-jalan hari ini. Jalan-jalan sambil olahraga. Dan belom apa-apa sudah pada
nanya minggu depan mau kemana lagi?
See you another trip gaes...! |