Senin, 26 Februari 2018

Toraja 4 : Mbak GoMap yang menyesatkan saat ke Tilanga

17 Pebruari 2018
Tilanga itu wisata pemandian alam di daerah Makale Toraja. Yang ngasih rekomendasi tempat ini adalah Bapak Pemilik Kafe Restkimb saat kami singgah ngopi tadi pagi. Agak penasaran juga sih. Karena baru kali ini aku mendengar nama destinasi wisata yang satu ini. Arahnya juga nggak jelas. Yo wes seperti biasa buka aplikasi Google Map dengan panduan suara manja mbak GoMap.
Pertama arahnya masih bagus nih. Belok kiri belok kanan sesuai kenyataan. Setelah itu si Mbak ngarahin untuk belok kanan melalui jalan yang lumayan terjal mendaki, setelah itu putus dan cuma ada jalanan rumput. Perasaanku nggak enak nih. Perasaan tadi petunjuknya masih lumayan jauh, kok ini jalanan sudah terputus? Masa kami harus jalan kaki? Tapi tadi bener kok diarahkan untuk belok kesini….
Aku ngintip Map lagi. Lha…. jauh banget kalo harus jalan kaki. Mana sudah jam 3an lagi. Akhirnya kami mutusin untuk balik kanan saja balik ke mobil. Sambil menuruni jalan menuju mobil, ada suara-suara aneh dari arah kanan. Ternyata ada kandang babi disitu. Babinya 2 ekor, yang satu dinding bambunya agak rendah. Yang bikin aku horror, masa si babi berjuang untuk melompati dindingnya sambil ngak nguk ngak nguk ke arahku! Badan dan kakinya sudah separoh di luar kandang. Iiiish….. helloooooow….. seumur umur baru kali ini ada babi yang naksir.. L
Dengan kecepatan cahaya aku langsung masuk ke mobil dengan diiringi tawa ngakak si Etan Payo melihat caraku ngacir. Iiiih…. Nggak kebayang kalo si babi sempat lolos dari kandangnya trus melompat manja ke arahku…. Batal ah ke Tilanga kalo caranya gini.
Sambil muter mobil, ada anak-anak kecil yang lewat. Iseng aku nanya apa benar yang tadi jalan menuju Tilanga. Ternyata salah beibz. Masih harus jalan lurus lagi sampe di ujung aspal, katanya. Ok… let’s try. Supaya nggak salah langkah pake Mbak GoMap lagi. Dengan pede dia nyaranin untuk jalan lurus. Padahal tadi waktu salah jalan, dia juga yang nyuruh belok kanan. Setelah jalan 300 meter, kami disuruh belok kanan lagi.
Perasaanku mulai nggak enak. Karena baru masuk 50 meter, jalanan dipalang pake bambu. Mobil nggak bisa lewat. Tapi dengan pede kami turun dan ngelompati rintangan bambu itu. Semakin masuk ke dalam, sepertinya disitu kompleks perumahan. Tampak asri dah terawat dengan beberapa tongkonan yang berjejer. Pemandangannya bagus, tapi ada 3 ekor anjing yang ngikutin sambil menggonggong curiga.
Gonggongan anjing tadi membuat seorang ibu dengan wajah khas Toraja dan senyum ramah keluar dari dalam rumah yang pintunya terbuka sejak tadi. Dengan sedikit menahan tawa beliau menyuruh kami untuk kembali ke jalan utama dan terus berjalan lurus. Di akhir jalanan beraspal itulah lokasi pemandian alam Tilanga. Ooooooh…… berarti benar yang dikatakan anak-anak tadi.
Setelah mengucapkan terima kasih kami buru-buru kembali ke mobil. Karena 3 ekor anjing tadi terus ngikutin dengan mulut yang sepertinya siap untuk nancap di betis…
Mendekati mobil, ada satu mobil putih yang berhenti dan turun. Sepertinya rombongan. Aku langsung sok akrab bertanya apakah mereka mau ke Tilanga juga. Ternyata benar. Satu lagi korban salah arah Mbak GoMap. Aku tidak sanggup menahan tawa. Hari ini dua kali kami terkecoh oleh aplikasi Google Map.



Pintu masuk ke wisata Pemandian Tilanga

Jalan lagi, akhirnya tibalah di pintu masuk Tilanga. Ada tempat kecil untuk penjualan tiket. Per orang 10 ribu rupiah. Di pintu masuk banyak anak-anak kecil berkerumun dan menawarkan untuk membelikan telur rebus. Aku yang penasaran langsung bertanya untuk apa telur rebus itu. Ternyata untuk umpan kalo mau lihat belut yang besar. Supaya muncul dari persembunyiannya. Sayangnya sudah tidak ada penjual telur lagi sore itu.


Tiket masuk

Mitos belut bertelinga atau warga lokal menyebutnya massapi di Tilanga adalah salah satu kisah yang menjadi daya tarik sumber mata air ini. Konon bila bisa bertemu dengan massapi akan mendatangkan keberuntungan. Terlebih bila bertemu massapi yang belang-belang putih atau massapi bonga. Dan pemancing massapi untuk muncul dar persembunyiannya adalah dengan menggunakan telur rebus. Bahkan konon ada anak-anak yang bisa memanggil massapi hanya dengan menjentik-jentikkan jarinya di atas air.





Untuk sampai di kolam pemandian berbentuk telaga alam yang tidak terlalu besar itu, kita harus berjalan turun melalui tangga-tangga dan sedikit jalanan melingkar. Beda banget dengan ekspektasi sepanjang jalan. Kolamnya agak kotor dengan daun-daun yang berguguran, dasar kolamnya berwarna gelap kehijauan, dan kolamnya tidak terlalu besar. Ada beberapa pengunjung yang mandi-mandi disitu. Tapi aku melihatnya saja tidak berminat. Kebayang kalo ada anaconda dari dasar sungai. Dasar kolamnya nggak kelihatan sih…


Kolam Pemandian Tilanga

Yang lucu, anak-anak kecil itu menawarkan jasa atraksi mereka untuk lomba renang atau meloncat dari ketinggian pohon yang ada di tepi sungai. Bayarannya 5 ribu per orang. Agak geli juga waktu mereka merengek menawarkan atraksinya. Lincah juga bocah-bocah ini mencari penghasilan penambah uang jajan. 



So pilihan jatuh pada 2 anak lelaki yang paling ngeyel merengeknya. Ngeri juga melihat mereka memanjat pohon yang lumayan tinggi trus meloncat turun dalam kolam. Tapi mereka mah enjoy saja. Namanya juga anak-anak. Nggak mikir resiko dari apa yang mereka lakukan. Tinggallah emak-emak ini yang ikut teriak-teriak ngelarang mereka manjat lebih tinggi lagi. Hati-hati ya dek….





Next Pango Pango…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RACUN

4 Mei 2023 Pagi tadi ngobrol dengan seorang teman yang berkunjung di ruangan. Tentang perempuan, hak dan kewajibannya dalam rumah tangga. Ka...