Lanjutan catatan perjalanan 11 s.d 14 Pebruari 2015
Jam
3 sore ke pelabuhan fast ferry di Pelabuhan Internasional Batam Center. Proses
imigrasi nggak berlangsung lama. Passport lengkap. Nama juga sudah OK.
Oiya….ada catatan kecil nih kalo mau buat passport. Supaya aman, sebaiknya nama
terdiri minimal 2 suku kata. Kalo nama yang dikasih ortu Cuma satu suku kata,
sebaiknya tambahkan saja nama orang tua pada saat pengurusan passport. Karena
kalo namanya Cuma satu suku kata, pasti proses imigrasinya agak ribet.
Jarak
Batam – S’pore ditempuh sekitar 45 menit. Lumayan singkat. Masih sempat kok
dipake untuk tidur sejenak. Seperti biasa, kalo sudah naik mobil, pesawat,
ferry, of course terpakai untuk tidur. Untung rasa ngantuk itu bisa dikalahkan
kalo naek motor. Kebayang kan efeknya kalo naek motor sambil tidur.
Fast
ferry yang aku tumpangi lumayan nyaman. Bersih. Cuaca juga bagus, ombak cukup
tenang. Makanya agak aneh saat seorang teman sesama penumpang mengalami mabuk
laut dan muntah-muntah parah begitu ferry merapat di pelabuhan. So bad.
Front
Harbour S’pore sangat menyenangkan. Nyaman, bersih dan suasananya seperti
berada di dalam mall. Lengkap dengan toko-toko kecil kalau mau membeli
makanan-makanan kecil dan minuman. Untuk yang belum sempat nukar uang, ada
money changer di pintu keluar. Seorang lelaki India dengan bahasa Indonesia
yang pas-pasan dengan ramah melayani. Sebaiknya kalau naik ferry tukarkan saja
uang disini atau saat masih di Batam. Dalam kota juga banyak sih money changer,
Cuma kadang agak ribet aja kalo nggak tahu jalur-jalur jalanan. Tapi biasanya
di dekat tempat-tempat belanja ada kok penjualnya.
Check
in di York Hotel di Orchard Road. Niatnya sih habis mandi mau jjm, jalan-jalan malam. Ke Bugis
Street Park atau ke China Town. Tapi dah kecape’an. Dan sayangnya sampe balik
ke Indonesia, dua tempat itu nggak sempat aku kunjungi. Kalo China Town cuma
lewat aja. Dekorasi merah-emas menyambut imlek sudah berjajar sepanjang jalan.
Menurut tour guidenya, kalo malam jalan disitu bakal macet, dan kalo imlek
pasti ditutup. Waduuuuh….pada kunjungan perdana ini kayaknya aku nggak PD
jalan-jalan malam ke China Town. Giliran tiba di rumah jadi nyesel sendiri.
Tapi schedule emang padat banget sih.
|
Breakfast secukupnya supaya nggak tambah gendut. Takut nggak mempesona lagi kalo kegendutan. ;) |
|
Deretan patung-patung yang bermakna dan memiliki simbol-simbol kebajikan. Lihat saja tulisan-tulisan dibawahnya yang menerangkan apa arti masing-masing simbol. |
|
Miss India ini bertugas sebagai security hotel. Lumayan pintar bahasa Indonesia jadi nggak bisa iseng dikerjain kayak yang lain. |
Merlion Park
Hari
kedua, tujuan utama ke Merlion Park. Tujuannya cuma satu, foto-fotoan. Nggak
seru kan kalo sudah nyampe di S’pore tapi nggak punya foto dengan background
Merlion. Disini bisa berfoto dengan latar Esplanade, Raffles Landing Side dan
Marina Bay Sand.
Gini
nih gaya wisatawan mancanegara dari Indonesia saat beraksi di S’pore…
|
jiaaaaah.....akhirnya punya foto dengan si white merlion. |
|
Yang di belakang sana Marina Bay Sand dengan Sky park-nya. |
|
Ngopi itu ritual yang tidak bisa hilang. dimana saja, kapan saja. |
|
Coba lihat tempat sampahnya yang bagus. Kalo di Indonesia nemu tempat sampah kayak gini, usianya niscaya nggak bakal lama. Bakal dibawa kabur maling pada kesempatan pertama. |
S’pore
yang aku kunjungi kali ini benar-benar seperti yang aku baca. Bersih. Teratur.
Tanaman dan pohon-pohon sepanjang jalan sungguh dijaga dan terawat. S’pore yang
miskin tanaman dan harus meng-impor tanaman dari Negara tetangga Thailand,
Indonesia dan Malaysia benar-benar menghargai apa yang mereka miliki. Semua
serba tertata rapi dan terawat.
Gardens By The Bay
Selesai
dari Merlion Park, tujuan berikutnya Gardens By The Bay. Sebuah taman yang
ditata unik dengan lighting yang menarik pada malam hari. Beberapa giant tree
dibangun dengan jembatan-jembatan penghubung yang dapat memanjakan mata
pengunjung dengan jajaran tanaman yang tertata rapi dan indah. Untuk masuk ke
taman tidak dikenakan biaya alias free. Kecuali kalo mau naik ke
jembatan-jembatan yang terbentang di area Gardens. Sebaiknya sih kalau mau
naik menjelang matahari terbenam saja. Karena pada saat itu lampu-lampu mulai
dinyalakan dan suasananya jadi sangat indah.
Kalau
untuk aku yang tinggal di daerah tropis dan terbiasa dengan aneka tanaman dan
bunga-bunga, tanaman di Gardens tidak terlalu istimewa. Banyak tanaman yang
sangat mudah kita jumpai di Indonesia. Kelebihannya adalah semua ditata untuk sangat
memanjakan mata. Pengelompokkan berdasarkan jenis tanaman dan warna-warna. Aku
membayangkan tanamanku di halaman yang sering jadi korban kambing-kambing
peliharaan orang yang tidak dikandangkan. GRRRRR…
Sky Park di Marina Bay
Sand
Di Gardens by the Bay ini aku juga bisa berfoto dengan latar belakang Sky Park atau
Taman Langit di Marina Bay Sand. Dari Merlion Park juga bisa, tapi hasil fotoku
yang terbaik ya saat di Gardens By the Bay ini. Dalam salah satu acara tv di
National Geographic Channel, aku sempat menonton proses pembangunan Marina Bay Sand
dan Sky Park ini yang menghabiskan waktu sekitar 2 tahun.
Yang
paling unik dan menarik saat peletakan rangka baja Sky Park yang membentang di
atas 3 menara Marina Bay Sand yang beratnya mencapai 10.000 ton. Dari atas
tanah ke atas bangunan bukan jarak yang dekat. Proses pengangkatan dengan
menggunakan system lift dari perusahaan di Paris Perancis memakan waktu 24 jam.
Saat rangka berada di pertengahan bangunan, tiba-tiba terjadi hujan badai
sehingga proses pekerjaan ditunda sekitar 3 jam karena khawatir akan badai dan
petir yang bakal terjadi. Sungguh proses pembangunan yang sangat rumit dan
menghasilkan bangunan dengan rancang bangun yang luar biasa.
Di
kawasan Marina Bay Sand yang terdiri dari hotel, resto, pool dan casino ini menjadi
tujuan wisata andalan Singapore. Dengan sekitar 24 resto dan chef internasional
yang bertanggung jawab untuk produksi dan distribusi makanan di seluruh resto,
customer so pasti dimanjakan dengan kuliner mewah yang menggoda. Sampe di
Mamuju terbersit keinginan untuk someday kesana dan mencoba peruntungan di
casino, berenang di pool dan makan di sky park. Dari hasil bisik-bisik dengan
seorang teman saat di pesawat, konon dia pernah menemani seorang teman berjudi
di casino dan menang sampai 600 juta. Wow… bisa dipake jalan-jalan keliling
dunia. Hihiihihihi….
|
Tiga tower Marina Bay Sands dengan Sky Park yang menghubungkan ketiganya. |
Orchard Road
Dari
Garden By, lanjut makan siang di Orchard Road. Korean food. Ambil dan masak
sendiri. Ada kejadian menggelikan waktu aku mau ambil minuman. Saat menaiki
beberapa undakan tangga, kakiku tersandung dan sendalku putus! Waaaaah….mana
aku nggak bawa sepatu di mobil. Alhasil setelah itu jalan-jalan di mall dan
foto-fotoan di depan Takashimaya mall tanpa alas kaki. Mumpung nggak ada yang
kenal, jadi cuek aja….
Untungnya
seorang teman berbaik hati meminjamkan sendalnya. Walau sempat nge-bully aku,
ngata-ngatain aku seperti pasukan marinir yang pakai sepatu katak saat jalan,
tapi aku sangat berterima kasih padanya. Gayaku jadi tambah unik dan keren
dengan sandal cowok warna hitam yang kebesaran. Hahahhaha….
|
Yeeeeeee.....agak memalukan tapi boleh juga untuk adu nyali. Yucks. |
|
Om Bule ini gayanya juga lucu dan unik. Hihihihi..... |
|
Amazing couple. Coba lihat gaya pakaiannya sampe sepatunya yang modelnya unik. |
Orchard
Road ini kawasan pertokoan elit yang menjual barang-barang branded. Duduk-duduk
di kursi taman depan mall Takashimaya bisa menikmati orang yang lalu lalang dan
burung-burung merpati yang berjalan santai di trotoar. Suasananya seperti dalam
film-film barat di televisi. Sayang tidak ada Richard Gere di sebelahku yang
memeluk bahuku dan mengulurkan tangan berisi serpihan remah-remah roti,
mengundang merpati-merpati untuk makan langsung dari tangan kami.
Hmmmmm….akhirnya aku menemukan momen romantic untuk mengkhayal di Orchard Road.
Jiaaaaah…..feels like Julia Roberts on the road.
Singapore Flyer
Tujuan
berikutnya, Singapore Flyer. S’pore Flyer ini seperti bianglala di Dufan dengan
tinggi 165 meter atau setara dengan gedung 42 tingkat. Dari puncak tertinggi
kita bisa melihat pemandangan seluruh S’pore. Saat cuaca cerah tak berawan,
pulau Batam juga tampak di kejauhan. Sayangnya saat itu agak mendung, jadi aku
hanya bisa melihat S’pore dari atas saja.
S’pore
Flyer terdiri dari 28 kapsul. Tiap kapsul yang berdinding kaca dapat diisi 28
orang. Dengan tiket masuk seharga 33 dolar S’pore per orang. Kalo takut
ketinggian, wahana ini tidak cocok untuk dicoba. Tapi kalo suka tantangan dan
penasaran ingin nyoba, jangan sampai ketinggalan.
|
Pemandangan dari atas S'pore Flyer |
|
S'pore Flyer |
|
Agak-agak phobia dengan ketinggian sebenarnya. Sambil menghayal seandainya.....jika saja...tiba-tiba... Asli nakut-nakutin diri sendiri. |
|
Ini jelas-jelas ketangkap lagi menghayal sambil menatap gedung berbentuk aneh di kejauhan. Lupa namanya apa. Kalo nggak salah digunakan untuk show. |
Resort World Sentosa
Selanjutnya,
ke Resort World Sentosa. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh menuju kesana.
Jalan kaki sekitar 1,4 km, biayanya hanya $1 SIN. Naik bus $2 SIN. Naik cable
car $4 SIN. Silahkan saja mau naik yang mana. Dari area parkir, naik monorel
sekitar 5 menit. Jalanan yang dilalui dibangun berbatasan dengan tembok laut
dan ada yang melewati bawah laut. Mulai membayangkan yang bukan-bukan,
seandainya tembok yang dibangun tidak dapat menahan tekanan air laut…..
Wiiiiiys….pasti bakalan seru pemandangannya. Itupun kalo selamat dari kejadian
ya…
Di
Resort World Sentosa inilah terletak area Universal Studio. Tiket masuknya kalo
dihitung rupiah sekitar 1 jutaan. Kalau mau masuk kesini, sebaiknya luangkan
waktu khusus selama 1 hari, apalagi kalo membawa anak-anak. Kalau hanya ingin
jalan-jalan biasa saja, cukup foto-fotoan saja. Khususnya di tulisan besar
Universal Studio yang berputar bersama satu giant globe. Lumayan rame yang mau
foto-fotoan disini. Sambil ngantri nunggu sepi, aku memilih berkeliling
mencari……gelang etnik dan background berfoto yang unik dan lucu.
|
Sentosa's map |
|
Salah satu foto favorite aku |
|
Hide and seek. |
Suasana
Imlek tidak hanya terasa di jalanan kota S’pore dan China Town. Di Sentosa
Resort ini juga sangat terasa. Dekorasinya lebih meriah dan lebih banyak.
Rasanya jadi ikut happy dan tersihir spirit of Imlek.
|
Red and gold on the street |
Acara
jalan-jalan di Sentosa ditutup dengan makan malam dan nonton Wings of Time di
Beach Station. Arena pertunjukan dengan tata cahaya laser dan sound system di
pinggir pantai selama lebih kurang 30 menit. Ceritanya tentang Rachel dan Felix
yang berkeliling dunia bersama seekor burung kakaktua raksasa. Ada sebuah
potongan soundtracknya yang membuat aku tersenyum sendiri :
“When
you go around the world by yourself
Never
be afraid
Because
you are not alone…”
|
Ini nih pantai dan background pertunjukannya. Cahaya laser bisa membentang jauh ke atas karena menggunakan air laut yang disemburkan ke atas sebagai media untuk memantulkan cahaya laser. |
Malam
ditutup dengan berendam air hangat di bathtub sebelum tidur malam yang lelap
karena kecape’an. Very very tired. Bugis Street, China Town, nongkrong di
Startbuck, batal semua. Huuuffffhhh…..
Mustafa Mall, Little
India
Hari
terakhir di S’pore sempat-sempatin ke Mustafa Mall di Little India. Disebut
Little India karena disinilah pusat pertokoan dan wilayah berkumpulnya
orang-orang India di S’pore. Pada hari Sabtu dan Minggu, suasana India sungguh
terasa. Orang-orang India yang berlibur tumpah ruah di jalanan, menghabiskan
waktu untuk berbelanja mingguan. Wisatawan dari India konon sering
terheran-heran melihat suasana ala India di S’pore itu.
|
Nyari yang music box gak ada.... |
Mustafa
Mall buka 24 jam. Biasanya orang-orang Indonesia datang kesini untuk beli
oleh-oleh. Kalo dibandingkan dengan berburu oleh-oleh di Batam, harga disini
masih jauh lebih mahal. Tapi kalo jalur perjalanan tidak lewat Batam, mending
belanja disini saja atau di Bugis Street yang ala Mangga Tiga itu. Atau di China
Town. Konon paling murah. Kalo barang-barang branded ya di Orchard Road.
Tapiiii….kalo belanja di Bugis Street harus jeli memilih ya. Karena banyak
barang-barang buatan Bandung dapat kita jumpai disini. Nggak seru kan beli
barang buatan Indonesia di S’pore.
Biasanya
sih kalo nyari makanan halal untuk yang muslim ya di wilayah Little India ini.
Tapi keliling-keliling dengan niat wisata kuliner kok nggak nemu ya. Yang ada
jualan fast food dengan menu standar yang di Indonesiajuga banyak. Kayaknya
niat wisata kuliner juga nggak mencapai target. Semua yang aku makan saat di
hotel atau saat jalan-jalan rasanyabiasa saja. Padahal pengen banget ngerasain
food street ala S’pore.
Siang
nyebrang lagi ke Batam. Masih sempat ke Nagoya satu jam, beli tas titipan seorang
teman di kantor dan tas pesta untuk my Mom. Untuk aku sendiri satu koper warna
silver ukuran kecil. Itu saja. Habis itu langsung ke airport Hang Nadim, dan
kembali ke Mamuju via Jakarta dan Makassar. Lelah, tapi senang.
Kesimpulannya,
walau menyenangkan karena baru pertama kali berkunjung ke S’pore, tapi aku
tidak terlalu terkesan. Tidak ada passion untuk balik lagi dan balik lagi. Aku
lebih merasa kangen untuk kembali ke Bali. Atau Jogja. Ke Ubud. Atau malioboro.
Atau pengen ke Hongkong, Thailand,
Derawan, dan Bali lagi. Yeyeye….
Oiya,
sebelum lupa, ada lagi satu kejadian yang yang menyebalkan. Aku kehilangan KTP
saat penerbangan dari Batam ke Jakarta. Entah tercecer dimana. Untung passport
masih aman di dalam tas, jadi bisa kugunakan. Kalo dihitung-hitung, hilangnya
KTP ini menambah daftar panjang kehilangan-kehilangan yang sering aku alami.
Kartu ATM yang ketinggalan, lupa naruh dimana, kunci laci yang akhirnya
terlupakan karena rapinya tempat persembunyian, flash disk yang raib bersama data-data
penting, dan masih banyak lagi. Sifat nenek-nenek yang muncul terlalu dini.
Catatan saat
bepergian :
Jangan
lupa membuat copy surat-surat identitas, dan letakkan semua di tempat yang
aman. Kalo KTP hilang, masih ada passport. Kalo passport yang hilang? Silakan
menunggu proses pemulangan di KBRI selama lebih kurang dua hari. Jadi walau
galau karena KTP hilang, aku tetap bersyukur karena passport masih utuh.
Alhamdulillah. Hujan emas di negeri seberang, masih lebih asyik hujan (emas
sebesar) batu di negeri sendiri. Indonesia, aku pulang….
Mamuju
I miss you…. Muaaacccchhhh…..