Minggu, 22 Februari 2015

Another Trip on Singapore (2)

Lanjutan catatan perjalanan 11 s.d 14 Pebruari 2015

Jam 3 sore ke pelabuhan fast ferry di Pelabuhan Internasional Batam Center. Proses imigrasi nggak berlangsung lama. Passport lengkap. Nama juga sudah OK. Oiya….ada catatan kecil nih kalo mau buat passport. Supaya aman, sebaiknya nama terdiri minimal 2 suku kata. Kalo nama yang dikasih ortu Cuma satu suku kata, sebaiknya tambahkan saja nama orang tua pada saat pengurusan passport. Karena kalo namanya Cuma satu suku kata, pasti proses imigrasinya agak ribet.

Jarak Batam – S’pore ditempuh sekitar 45 menit. Lumayan singkat. Masih sempat kok dipake untuk tidur sejenak. Seperti biasa, kalo sudah naik mobil, pesawat, ferry, of course terpakai untuk tidur. Untung rasa ngantuk itu bisa dikalahkan kalo naek motor. Kebayang kan efeknya kalo naek motor sambil tidur.

Fast ferry yang aku tumpangi lumayan nyaman. Bersih. Cuaca juga bagus, ombak cukup tenang. Makanya agak aneh saat seorang teman sesama penumpang mengalami mabuk laut dan muntah-muntah parah begitu ferry merapat di pelabuhan. So bad.

Front Harbour S’pore sangat menyenangkan. Nyaman, bersih dan suasananya seperti berada di dalam mall. Lengkap dengan toko-toko kecil kalau mau membeli makanan-makanan kecil dan minuman. Untuk yang belum sempat nukar uang, ada money changer di pintu keluar. Seorang lelaki India dengan bahasa Indonesia yang pas-pasan dengan ramah melayani. Sebaiknya kalau naik ferry tukarkan saja uang disini atau saat masih di Batam. Dalam kota juga banyak sih money changer, Cuma kadang agak ribet aja kalo nggak tahu jalur-jalur jalanan. Tapi biasanya di dekat tempat-tempat belanja ada kok penjualnya.




Check in di York Hotel di Orchard Road. Niatnya sih habis mandi mau jjm, jalan-jalan malam. Ke Bugis Street Park atau ke China Town. Tapi dah kecape’an. Dan sayangnya sampe balik ke Indonesia, dua tempat itu nggak sempat aku kunjungi. Kalo China Town cuma lewat aja. Dekorasi merah-emas menyambut imlek sudah berjajar sepanjang jalan. Menurut tour guidenya, kalo malam jalan disitu bakal macet, dan kalo imlek pasti ditutup. Waduuuuh….pada kunjungan perdana ini kayaknya aku nggak PD jalan-jalan malam ke China Town. Giliran tiba di rumah jadi nyesel sendiri. Tapi schedule emang padat banget sih.


Breakfast secukupnya supaya nggak tambah gendut. Takut nggak mempesona lagi kalo kegendutan. ;)

Deretan patung-patung yang bermakna dan memiliki simbol-simbol kebajikan. Lihat saja tulisan-tulisan dibawahnya yang menerangkan apa arti masing-masing simbol.

Miss India ini bertugas sebagai security hotel. Lumayan pintar bahasa Indonesia jadi nggak bisa iseng dikerjain kayak yang lain.


Merlion Park

Hari kedua, tujuan utama ke Merlion Park. Tujuannya cuma satu, foto-fotoan. Nggak seru kan kalo sudah nyampe di S’pore tapi nggak punya foto dengan background Merlion. Disini bisa berfoto dengan latar Esplanade, Raffles Landing Side dan Marina Bay Sand.

Gini nih gaya wisatawan mancanegara dari Indonesia saat beraksi di S’pore…

jiaaaaah.....akhirnya punya foto dengan si white merlion.

Yang di belakang sana Marina Bay Sand dengan Sky park-nya.


Ngopi itu ritual yang tidak bisa hilang. dimana saja, kapan saja.

Coba lihat tempat sampahnya yang bagus. Kalo di Indonesia nemu tempat sampah kayak gini, usianya niscaya nggak bakal lama. Bakal dibawa kabur maling pada kesempatan pertama.

S’pore yang aku kunjungi kali ini benar-benar seperti yang aku baca. Bersih. Teratur. Tanaman dan pohon-pohon sepanjang jalan sungguh dijaga dan terawat. S’pore yang miskin tanaman dan harus meng-impor tanaman dari Negara tetangga Thailand, Indonesia dan Malaysia benar-benar menghargai apa yang mereka miliki. Semua serba tertata rapi dan terawat.

Gardens By The Bay

Selesai dari Merlion Park, tujuan berikutnya Gardens By The Bay. Sebuah taman yang ditata unik dengan lighting yang menarik pada malam hari. Beberapa giant tree dibangun dengan jembatan-jembatan penghubung yang dapat memanjakan mata pengunjung dengan jajaran tanaman yang tertata rapi dan indah. Untuk masuk ke taman tidak dikenakan biaya alias free. Kecuali kalo mau naik ke jembatan-jembatan yang terbentang di area Gardens. Sebaiknya sih kalau mau naik menjelang matahari terbenam saja. Karena pada saat itu lampu-lampu mulai dinyalakan dan suasananya jadi sangat indah.



Kalau untuk aku yang tinggal di daerah tropis dan terbiasa dengan aneka tanaman dan bunga-bunga, tanaman di Gardens tidak terlalu istimewa. Banyak tanaman yang sangat mudah kita jumpai di Indonesia. Kelebihannya adalah semua ditata untuk sangat memanjakan mata. Pengelompokkan berdasarkan jenis tanaman dan warna-warna. Aku membayangkan tanamanku di halaman yang sering jadi korban kambing-kambing peliharaan orang yang tidak dikandangkan. GRRRRR…

Sky Park di Marina Bay Sand

Di Gardens by the Bay ini aku juga bisa berfoto dengan latar belakang Sky Park atau Taman Langit di Marina Bay Sand. Dari Merlion Park juga bisa, tapi hasil fotoku yang terbaik ya saat di Gardens By the Bay ini. Dalam salah satu acara tv di National Geographic Channel, aku sempat menonton proses pembangunan Marina Bay Sand dan Sky Park ini yang menghabiskan waktu sekitar 2 tahun.

Yang paling unik dan menarik saat peletakan rangka baja Sky Park yang membentang di atas 3 menara Marina Bay Sand yang beratnya mencapai 10.000 ton. Dari atas tanah ke atas bangunan bukan jarak yang dekat. Proses pengangkatan dengan menggunakan system lift dari perusahaan di Paris Perancis memakan waktu 24 jam. Saat rangka berada di pertengahan bangunan, tiba-tiba terjadi hujan badai sehingga proses pekerjaan ditunda sekitar 3 jam karena khawatir akan badai dan petir yang bakal terjadi. Sungguh proses pembangunan yang sangat rumit dan menghasilkan bangunan dengan rancang bangun yang luar biasa.

Di kawasan Marina Bay Sand yang terdiri dari hotel, resto, pool dan casino ini menjadi tujuan wisata andalan Singapore. Dengan sekitar 24 resto dan chef internasional yang bertanggung jawab untuk produksi dan distribusi makanan di seluruh resto, customer so pasti dimanjakan dengan kuliner mewah yang menggoda. Sampe di Mamuju terbersit keinginan untuk someday kesana dan mencoba peruntungan di casino, berenang di pool dan makan di sky park. Dari hasil bisik-bisik dengan seorang teman saat di pesawat, konon dia pernah menemani seorang teman berjudi di casino dan menang sampai 600 juta. Wow… bisa dipake jalan-jalan keliling dunia. Hihiihihihi….

Tiga tower Marina Bay Sands dengan Sky Park yang menghubungkan ketiganya.

Orchard Road

Dari Garden By, lanjut makan siang di Orchard Road. Korean food. Ambil dan masak sendiri. Ada kejadian menggelikan waktu aku mau ambil minuman. Saat menaiki beberapa undakan tangga, kakiku tersandung dan sendalku putus! Waaaaah….mana aku nggak bawa sepatu di mobil. Alhasil setelah itu jalan-jalan di mall dan foto-fotoan di depan Takashimaya mall tanpa alas kaki. Mumpung nggak ada yang kenal, jadi cuek aja….


Untungnya seorang teman berbaik hati meminjamkan sendalnya. Walau sempat nge-bully aku, ngata-ngatain aku seperti pasukan marinir yang pakai sepatu katak saat jalan, tapi aku sangat berterima kasih padanya. Gayaku jadi tambah unik dan keren dengan sandal cowok warna hitam yang kebesaran. Hahahhaha….


Yeeeeeee.....agak memalukan tapi boleh juga untuk adu nyali. Yucks.

Om Bule ini gayanya juga lucu dan unik. Hihihihi.....

Amazing couple. Coba lihat gaya pakaiannya sampe sepatunya yang modelnya unik.

Orchard Road ini kawasan pertokoan elit yang menjual barang-barang branded. Duduk-duduk di kursi taman depan mall Takashimaya bisa menikmati orang yang lalu lalang dan burung-burung merpati yang berjalan santai di trotoar. Suasananya seperti dalam film-film barat di televisi. Sayang tidak ada Richard Gere di sebelahku yang memeluk bahuku dan mengulurkan tangan berisi serpihan remah-remah roti, mengundang merpati-merpati untuk makan langsung dari tangan kami. Hmmmmm….akhirnya aku menemukan momen romantic untuk mengkhayal di Orchard Road. Jiaaaaah…..feels like Julia Roberts on the road.


Singapore Flyer

Tujuan berikutnya, Singapore Flyer. S’pore Flyer ini seperti bianglala di Dufan dengan tinggi 165 meter atau setara dengan gedung 42 tingkat. Dari puncak tertinggi kita bisa melihat pemandangan seluruh S’pore. Saat cuaca cerah tak berawan, pulau Batam juga tampak di kejauhan. Sayangnya saat itu agak mendung, jadi aku hanya bisa melihat S’pore dari atas saja.



S’pore Flyer terdiri dari 28 kapsul. Tiap kapsul yang berdinding kaca dapat diisi 28 orang. Dengan tiket masuk seharga 33 dolar S’pore per orang. Kalo takut ketinggian, wahana ini tidak cocok untuk dicoba. Tapi kalo suka tantangan dan penasaran ingin nyoba, jangan sampai ketinggalan.



Pemandangan dari atas S'pore Flyer
S'pore Flyer

Agak-agak phobia dengan ketinggian sebenarnya. Sambil menghayal seandainya.....jika saja...tiba-tiba... Asli nakut-nakutin diri sendiri.

Ini jelas-jelas ketangkap lagi menghayal sambil menatap gedung berbentuk aneh di kejauhan. Lupa namanya apa. Kalo nggak salah digunakan untuk show.

Resort World Sentosa

Selanjutnya, ke Resort World Sentosa. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh menuju kesana. Jalan kaki sekitar 1,4 km, biayanya hanya $1 SIN. Naik bus $2 SIN. Naik cable car $4 SIN. Silahkan saja mau naik yang mana. Dari area parkir, naik monorel sekitar 5 menit. Jalanan yang dilalui dibangun berbatasan dengan tembok laut dan ada yang melewati bawah laut. Mulai membayangkan yang bukan-bukan, seandainya tembok yang dibangun tidak dapat menahan tekanan air laut….. Wiiiiiys….pasti bakalan seru pemandangannya. Itupun kalo selamat dari kejadian ya…

Di Resort World Sentosa inilah terletak area Universal Studio. Tiket masuknya kalo dihitung rupiah sekitar 1 jutaan. Kalau mau masuk kesini, sebaiknya luangkan waktu khusus selama 1 hari, apalagi kalo membawa anak-anak. Kalau hanya ingin jalan-jalan biasa saja, cukup foto-fotoan saja. Khususnya di tulisan besar Universal Studio yang berputar bersama satu giant globe. Lumayan rame yang mau foto-fotoan disini. Sambil ngantri nunggu sepi, aku memilih berkeliling mencari……gelang etnik dan background berfoto yang unik dan lucu.


Sentosa's map

Salah satu foto favorite aku



Ada beberapa orang korea yang cantik dan lucu berjualan gelang-gelang. Paling murah harganya $ 25 SIN. Selain harganya lumayan mahal, modelnya juga aku nggak suka. Nggak ada yang etnik. Oiya….mau tattoo temporary juga nggak ada. Atau aku yang nggak lihat ya? Tapi seingat aku memang nggak ada.


Patung yang lucu. Ngeliatnya saja membuat diri ingin ikut tertawa.

Yang taked picture nggak profesional nih. Nggak bertepatan saat airnya nyembur semua.

Kupu-kupu yang lucu
Kemana engkau terbang.....


Hide and seek.

Suasana Imlek tidak hanya terasa di jalanan kota S’pore dan China Town. Di Sentosa Resort ini juga sangat terasa. Dekorasinya lebih meriah dan lebih banyak. Rasanya jadi ikut happy dan tersihir spirit of Imlek.
Red and gold on the street

Acara jalan-jalan di Sentosa ditutup dengan makan malam dan nonton Wings of Time di Beach Station. Arena pertunjukan dengan tata cahaya laser dan sound system di pinggir pantai selama lebih kurang 30 menit. Ceritanya tentang Rachel dan Felix yang berkeliling dunia bersama seekor burung kakaktua raksasa. Ada sebuah potongan soundtracknya yang membuat aku tersenyum sendiri :

“When you go around the world by yourself
Never be afraid
Because you are not alone…”



Ini nih pantai dan background pertunjukannya. Cahaya laser bisa membentang jauh ke atas karena menggunakan air laut yang disemburkan ke atas sebagai media untuk memantulkan cahaya laser.

Malam ditutup dengan berendam air hangat di bathtub sebelum tidur malam yang lelap karena kecape’an. Very very tired. Bugis Street, China Town, nongkrong di Startbuck, batal semua. Huuuffffhhh…..

Mustafa Mall, Little India

Hari terakhir di S’pore sempat-sempatin ke Mustafa Mall di Little India. Disebut Little India karena disinilah pusat pertokoan dan wilayah berkumpulnya orang-orang India di S’pore. Pada hari Sabtu dan Minggu, suasana India sungguh terasa. Orang-orang India yang berlibur tumpah ruah di jalanan, menghabiskan waktu untuk berbelanja mingguan. Wisatawan dari India konon sering terheran-heran melihat suasana ala India di S’pore itu.



Nyari yang music box gak ada....

Mustafa Mall buka 24 jam. Biasanya orang-orang Indonesia datang kesini untuk beli oleh-oleh. Kalo dibandingkan dengan berburu oleh-oleh di Batam, harga disini masih jauh lebih mahal. Tapi kalo jalur perjalanan tidak lewat Batam, mending belanja disini saja atau di Bugis Street yang ala Mangga Tiga itu. Atau di China Town. Konon paling murah. Kalo barang-barang branded ya di Orchard Road. Tapiiii….kalo belanja di Bugis Street harus jeli memilih ya. Karena banyak barang-barang buatan Bandung dapat kita jumpai disini. Nggak seru kan beli barang buatan Indonesia di S’pore.

Biasanya sih kalo nyari makanan halal untuk yang muslim ya di wilayah Little India ini. Tapi keliling-keliling dengan niat wisata kuliner kok nggak nemu ya. Yang ada jualan fast food dengan menu standar yang di Indonesiajuga banyak. Kayaknya niat wisata kuliner juga nggak mencapai target. Semua yang aku makan saat di hotel atau saat jalan-jalan rasanyabiasa saja. Padahal pengen banget ngerasain food street ala S’pore.

Siang nyebrang lagi ke Batam. Masih sempat ke Nagoya satu jam, beli tas titipan seorang teman di kantor dan tas pesta untuk my Mom. Untuk aku sendiri satu koper warna silver ukuran kecil. Itu saja. Habis itu langsung ke airport Hang Nadim, dan kembali ke Mamuju via Jakarta dan Makassar. Lelah, tapi senang.

Kesimpulannya, walau menyenangkan karena baru pertama kali berkunjung ke S’pore, tapi aku tidak terlalu terkesan. Tidak ada passion untuk balik lagi dan balik lagi. Aku lebih merasa kangen untuk kembali ke Bali. Atau Jogja. Ke Ubud. Atau malioboro. Atau pengen ke Hongkong,  Thailand, Derawan, dan Bali lagi. Yeyeye….

Oiya, sebelum lupa, ada lagi satu kejadian yang yang menyebalkan. Aku kehilangan KTP saat penerbangan dari Batam ke Jakarta. Entah tercecer dimana. Untung passport masih aman di dalam tas, jadi bisa kugunakan. Kalo dihitung-hitung, hilangnya KTP ini menambah daftar panjang kehilangan-kehilangan yang sering aku alami. Kartu ATM yang ketinggalan, lupa naruh dimana, kunci laci yang akhirnya terlupakan karena rapinya tempat persembunyian, flash disk yang raib bersama data-data penting, dan masih banyak lagi. Sifat nenek-nenek yang muncul terlalu dini.

Catatan saat bepergian :

Jangan lupa membuat copy surat-surat identitas, dan letakkan semua di tempat yang aman. Kalo KTP hilang, masih ada passport. Kalo passport yang hilang? Silakan menunggu proses pemulangan di KBRI selama lebih kurang dua hari. Jadi walau galau karena KTP hilang, aku tetap bersyukur karena passport masih utuh. Alhamdulillah. Hujan emas di negeri seberang, masih lebih asyik hujan (emas sebesar) batu di negeri sendiri. Indonesia, aku pulang….

Mamuju I miss you…. Muaaacccchhhh…..




Sabtu, 21 Februari 2015

Another Trip on Singapore (1)


Mamuju, 11 Pebruari 2015

Jalan-jalan lagi. Setelah tertunda lebih setahun karena sakit, akhirnya terwujud juga untuk jalan-jalan ke Singapore. November 2013 lalu aku sudah mengantongi tiket oneway ke S’pore, tapi karena thypus, aku akhirnya menghabiskan schedule jalan-jalanku untuk bedrest di rumah sakit. Menyakitkan memang. Tapi terbayar dengan liburan di awal tahun ini.

Destinasi wisata on schedule. Secara aku sudah banyak membaca tujuan-tujuan yang akan aku datangi. Gambaran tentang tempat-tempat itu pun sudah hafal luar kepala. Tapi seperti layaknya calon wisatawan yang baru pertama kali memegang passport untuk berkunjung ke luar negeri, aku berharap sikap dan perilakuku tidak norak-norak bergembira selama perjalanan.

Batam

Makassar – Jakarta – Batam dengan pesawat. Bandara Hang Nadim. Tidak sempat foto-fotoan. Rasa lelah karena perjalanan dengan pesawat Garuda dan jadwal transit di Jakarta membuat aku not in the mood untuk foto-fotoan. Rencana besok sore baru nyeberang ke Singapore dengan menggunakan fast ferry. Malam ini bisa digunakan untuk makan malam dan jalan-jalan.


Nagoya

Nagoya? Jangan salah. Ini bukan kawasan Jepang. Tapi salah satu area wisata belanja di Kota Batam. Konon nama Nagoya diberikan oleh seorang tentara Jepang berpangkat Mayjen yang jaman penjajahan dulu bertugas di Batam. Setelah gencatan senjata dan penarikan pasukan kembali ke Jepang, sang Mayjen yang terpesona dengan Batam memberikan nama daerah itu sebagai Nagoya, agar mudah dikenali anak cucunya bila someday kembali. Dan saat ini Nagoya menjadi area belanja. Mulai dari tas, parfum,coklat, hingga peralatan elektronik seperti hp, laptop, kamera dan lainnya. Semua dengan harga yang miring. Tapi hati-hati ya, banyak juga barang replica dan BM (black market) yang dijual murah. Barang tiruan dengan judul KW 1 sampe entah KW berapa. Kalau tidak hati-hati dan jeli bertanya, bakal nyesal sampai di rumah kelak. Tapi harga-harganya memang sangat murah. Untuk yang suka bergaya dengan aneka tas yang lucu-lucu, bisa bawa pulang tas dengan harga mulai 150 ribu sampe 300an. Itu tas replica dengan kualitas lumayan bagus dan harga murah. Daripada belanja online tas-tas Korea yang kualitasnya nggak menjanjikan, mending beli tas murah meriah di Batam.

Seorang teman mengingatkan aku untuk belanja oleh-oleh di Batam saja. Karena di Singapore harga-harga lumayan tinggi. Untuk saat ini harga beli satu dollar S’pore 9.400 rupiah, harga jual 9.200 rupiah. Walau tidak berniat untuk belanja macam-macam, aku sempat juga membeli coklat dan gantungan kunci untuk oleh-oleh. Harganya lumayan murah. Gantungan kunci dengan logo merlion dan tulisan Singapore hanya 25 ribu isi enam. Ada juga yang beli 3 paket gratis 1. Kalau coklat harganya mulai 20-an ribu ke atas. Penawarannya juga sama, beli 2 gratis 1. Aku membeli beberapa jenis coklat.

Deretan souvenir. 

Deretan coklat yang menggoda.


Bolak-balik di toko oleh-oleh nyari pesanan gelang seseorang, tapi nggak dapat. Adanya gelang ala ibu-ibu untuk ke pesta. Aduuuuh…..aku saja nggak suka yang model gitu. Berdoa saja semoga di S’pore dapat yang bagus. Gelang etnik untuk anak muda yang bergaya. Yaach yang kira-kira cocok lah untuk akyu yang berjiwa muda ceria.

Nginapnya di Hotel Harmony. Hotel bintang empat di wilayah Nagoya juga. Sayang nggak ada foto-fotonya. Tapi sempat foto-foto iseng waktu makan malam di Harbour Bay Restaurant. Sebuah resto sea food di Batam Center.

Suasana imlek sudah berasa di resto Harbour Bay.

Besok ke S’pore naik fast Ferry dari Pelabuhan International Batam Center.

RACUN

4 Mei 2023 Pagi tadi ngobrol dengan seorang teman yang berkunjung di ruangan. Tentang perempuan, hak dan kewajibannya dalam rumah tangga. Ka...